Perjalanan Hidup Penuh Petualangan dan Dedikasi Seorang Pendidik: Dari Ensa, Singapura Berlabuh di Morowali

  • Bagikan

MOROWALI- Terlahir dari keluarga sederhana di sebuah desa yang dilalui jalan Trans Sulawesi, tepatnya di Desa Ensa, Kecamatan Mori Atas, Rosna Rani Ndaya Paseda menghabiskan masa kecilnya dengan penuh kebahagiaan, dikelilingi oleh keluarga yang harmonis. Pendidikan dasar dimulai di Taman Kanak-Kanak Zoar Ensa, di mana ibunya sendiri merupakan kepala sekolah sekaligus guru pertamanya. Perjalanan pendidikannya pun berlanjut ke SD GKST Ensa hingga kelas 2, sebelum akhirnya pindah ke SDN Inpres Ensa hingga tamat.

Menginjak jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Rosna sempat bersekolah di SMP Kristen Ensa sebelum pindah ke SMP Negeri Gimpu di daerah Kulawi. Namun, pada tahun terakhirnya, ia kembali ke SMP Kristen Ensa dan menamatkan pendidikannya di sana. Keinginan untuk terus menimba ilmu membawanya ke Poso, di mana ia melanjutkan studi di SMEA Negeri Poso, yang kemudian berganti nama menjadi SMK Negeri 1 Poso. Di sekolah ini, ia memilih jurusan Bisnis dan Manajemen dengan bidang studi Perdagangan.

Mengejar Ilmu dan Pengalaman di Berbagai Kota

Setelah lulus dari SMK, Rosna tidak berhenti belajar. Ia mengikuti kursus komputer di Palu, Sulawesi Tengah, lalu melanjutkan ke Makassar untuk belajar menjahit di Jalan Jampea, belakang Kantor Poltabes Makassar. Keinginannya untuk bekerja di luar negeri semakin kuat, sehingga ia memutuskan untuk masuk ke Balai Latihan Kerja (BLK) di Manado, Sulawesi Utara.

Di BLK, Rosna menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menghafal dan memahami materi pelajaran. Bahkan, ia sering membantu para pengajar dalam memberikan pelatihan kepada calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Berkat kemampuannya, hanya dalam waktu tiga bulan, ia langsung diberangkatkan ke Singapura untuk bekerja.

Perjalanan di Negeri Singapura

Di Singapura, Rosna awalnya bekerja sebagai pengasuh anak keturunan Hongkong-Malaysia. Namun, karena kecakapannya, ia kemudian direkrut untuk bekerja di Kantor AUK, yang menangani kedatangan serta permasalahan para TKI. Tugasnya cukup berat dan penuh tanggung jawab, mulai dari menjemput para TKI baru, memberikan pengarahan melalui video pelatihan, hingga mengurus berbagai dokumen dan administrasi.

Selama kurang lebih enam tahun, ia mengabdikan diri di Singapura, berinteraksi dengan pekerja dari berbagai negara seperti Indonesia, Filipina, dan Sri Lanka. Selain bekerja di kantor, ia juga dipercaya mengontrol asrama tempat tinggal para TKI. Setelah merasa cukup dengan pengalamannya di negeri orang, Rosna memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan membaktikan diri dalam dunia pendidikan.

Mengabdi sebagai Pendidik di Tanah Air

Setibanya di Indonesia, Rosna mendapat tawaran dari Kepala Sekolah SDN Inpres Ensa untuk mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris bagi siswa kelas 4, 5, dan 6. Kemampuannya dalam mengajar membuatnya dilirik oleh banyak sekolah lain, termasuk SMP Kristen Ensa dan sekolah-sekolah lainnya di sekitarnya.

Pada tahun 2009, ia mulai mengajar di SDN 2 Kolaka di Desa Korowasu, sekaligus menjadi guru Bahasa Inggris pertama di SMP Negeri 3 Mori Atas, yang saat itu masih dalam proses pembangunan. Ketika gedung sekolah rampung dan kegiatan belajar mengajar dimulai di pagi hari, ia pun fokus mengajar di SMP tersebut.

Namun, dedikasi Rosna tidak berhenti di situ. Sekolah lain, seperti SDN 1 Kolaka, juga meminta bantuannya untuk mengajar Bahasa Inggris. Ia bahkan mengatur waktu untuk memberikan les privat di Desa Peonea dan mengajar kelas tambahan di SD Negeri Taende serta SD Negeri Lanumor.

Tidak hanya itu, ia juga mendirikan tempat kursus Bahasa Inggris bernama Sunshine Group di rumahnya, dengan jumlah siswa sekitar 20 orang yang terdiri dari anak-anak TK, SD, dan SMP.

Menjalani Hidup sebagai Pendidik dan Wirausahawan

Selain mengajar, Rosna tetap memanfaatkan ilmu bisnis yang diperolehnya semasa sekolah dengan membuka kios kecil. Baginya, mengajar dan berdagang adalah dua hal yang berjalan beriringan dalam hidupnya.

Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, baik di lingkungan desa maupun keagamaan. Di Desa Ensa, ia pernah menjabat sebagai Sekretaris PKK sekaligus Bendahara Karang Taruna.

Pada tahun 2016, Rosna memutuskan untuk pindah ke Kabupaten Morowali dan menetap di Desa Wosu. Di sana, ia kembali aktif mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Wosu untuk siswa kelas 1-6 dan Madrasah Aliyah Alkhairaat Wosu untuk tingkat SMA. Ia juga mengisi waktu dengan mengajar di pondok pesantren Alkhairaat, membantu para santri dalam memahami Bahasa Inggris.

Menjadi Guru P3K dan Meraih Gelar Sarjana

Perjalanan panjang dalam dunia pendidikan akhirnya membuahkan hasil manis. Pada tahun 2022, ia mengikuti seleksi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Berbekal pengalaman mengikuti ujian CPNS pada tahun 2010 dan statusnya sebagai guru Kategori 2 (K2), ia berhasil lulus tanpa tes.

Di tengah kesibukannya sebagai pendidik, Rosna tetap berusaha meningkatkan kualifikasinya. Ia melanjutkan studi di Universitas Terbuka dengan mengambil jurusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dengan penuh perjuangan, ia akhirnya meraih gelar S.Pd, sebuah pencapaian yang menjadi kebanggaan tersendiri.

Dedikasi Seorang Guru Sejati

Kisah perjalanan hidup Rosna Rani Ndaya Paseda adalah bukti bahwa dedikasi dan semangat pantang menyerah dapat membawa seseorang mencapai keberhasilan. Berawal dari seorang anak desa yang bercita-cita tinggi, ia telah menjelajahi berbagai kota, bahkan negeri lain, sebelum akhirnya kembali ke panggilan sejatinya sebagai seorang pendidik.

Seperti lilin yang menerangi kegelapan, Rosna mengorbankan waktunya untuk membimbing generasi muda agar mereka memiliki masa depan yang lebih cerah. Baginya, menjadi guru bukan hanya pekerjaan, tetapi panggilan jiwa.

“Guru yang baik itu seperti lilin, ia menghabiskan dirinya sendiri untuk menerangi jalan bagi orang lain.”ujarnya

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Rosna terus berkomitmen dalam mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa. Ia percaya bahwa seorang guru harus selalu bersikap sabar, bijaksana, dan menginspirasi setiap siswanya untuk menggali potensi terbaik dalam diri mereka.

Perjalanan hidupnya mengajarkan bahwa ketika kita mengajar dengan sepenuh hati, kita tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter, membuka wawasan, dan memberikan harapan bagi masa depan generasi berikutnya.

Kisah diatas adalah perjalanan hidup seorang Rosna yang ia ceritakan kepada Media ini. Sungguh sebuah pengalaman berharga.

Rosna menjadi seorang mualaf dan kini memeluk agama Islam. Namanya kini secara Islam adalah Asyifa Khaerunnisa
Biasa dipanggil Mem Syifa. Ibu guru berlesung pipi ini sangat aktif berdiskusi dan menjadi admin salah satu grup whatsapp. Ia punya ide cemerlang yang menarik untuk disimak.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *