Morowali Utara – Di tengah pesona alam Sulawesi Tengah, terdapat sebuah desa yang mencerminkan keberagaman budaya dan agama di Indonesia. Desa Tananagaya, yang terletak di Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, tidak hanya memiliki keindahan alam yang memukau tetapi juga menjadi simbol harmoni dalam keberagaman.
Nama desa ini berasal dari bahasa Kaili, suku asli yang mendiami wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu. Dalam bahasa Kaili, “Tananagaya” memiliki arti “tanah yang indah” atau “tanah yang subur”. Kepala Desa Tananagaya, Samsudin Galendo, mengungkapkan bahwa pemberian nama ini berkaitan dengan sejarah transmigrasi di desa tersebut.
“Dulu karena pegawai Transnya orang Kaili, maka dikasih nama Tananagaya yang artinya tanah yang subur,” ujar Samsudin Galendo. Keputusan ini diambil karena wilayah tersebut memang memiliki tanah yang subur, cocok untuk pertanian dan perkebunan, yang hingga kini menjadi mata pencaharian utama masyarakat.
Tananagaya bukan hanya sekadar desa dengan nama yang indah, tetapi juga cerminan dari keberagaman Indonesia. Desa ini dihuni oleh 16 suku yang hidup berdampingan dengan damai. Keberagaman ini semakin terlihat dari keberadaan lima agama yang dianut oleh masyarakat, yang hidup rukun dalam satu desa.
Untuk memenuhi kebutuhan ibadah warganya, desa ini memiliki lima tempat ibadah dari berbagai agama. Umat Islam memiliki satu masjid dan tiga musala, sementara umat Kristen Protestan dan Katolik memiliki dua gereja. Umat Hindu beribadah di dua pura, dan umat Buddha memiliki satu wihara di desa ini.
Meski berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda, masyarakat Tananagaya mampu hidup berdampingan dalam keharmonisan. Sikap toleransi dan gotong royong menjadi nilai utama yang dipegang teguh oleh warga, menjadikan desa ini sebagai contoh nyata kehidupan multikultural yang damai.
Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 1.215 jiwa pada tahun 2025, desa ini terdiri dari 340 kepala keluarga. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani sawah dan petani kebun sawit. Kesuburan tanah di desa ini mendukung sektor pertanian sebagai sumber utama perekonomian.
Selain pertanian, beberapa warga juga bekerja di sektor perkebunan dan perdagangan kecil-kecilan. Mereka menjual hasil pertanian seperti padi, sayur-mayur, dan kelapa sawit ke pasar-pasar di daerah sekitar.
Di tengah arus modernisasi dan berbagai tantangan sosial yang dihadapi banyak wilayah, Tananagaya tetap mampu menjaga nilai-nilai persatuan dan gotong royong. Desa ini menjadi contoh bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan.
Keunikan Tananagaya sebagai desa miniatur Indonesia menunjukkan bahwa dengan toleransi, saling menghormati, dan kerja sama, masyarakat dari berbagai latar belakang bisa hidup berdampingan secara harmonis. Desa ini tidak hanya menjadi kebanggaan Morowali Utara, tetapi juga inspirasi bagi banyak daerah lain di Indonesia.
Sebagai desa dengan keberagaman yang kaya, Tananagaya layak menjadi model bagi desa-desa lain dalam membangun kehidupan yang harmonis dan sejahtera di tengah perbedaan.