Morowali Utara,– Sejak tahun 2022, nelayan Desa Tokonanaka terus mengeluhkan dampak aktivitas kapal perusahaan tambang yang beroperasi di perairan Teluk Tomori. Namun, meskipun berbagai keluhan telah disampaikan, baik kepada pemerintah daerah maupun DPRD Morowali Utara (Morut), belum ada tindakan nyata untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Berbagai dampak buruk yang dirasakan nelayan dan warga Tokonanaka meliputi lalu lalang kapal tambang yang mencapai sepuluh kapal per hari, pencemaran akibat tumpahan oli yang berulang kali terjadi, serta dentuman keras dan getaran yang mengganggu akibat pemasangan tiang pancang pada tahun 2022. Namun, hingga saat ini, persoalan tersebut masih terabaikan tanpa solusi konkret dari pihak terkait.
Pada 6 Agustus 2024, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Morut melakukan peninjauan terhadap pencemaran tumpahan oli di perairan Tokonanaka. Dari hasil pemeriksaan, DLH Morut menyatakan bahwa limbah oli yang mencemari perairan merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dapat memberikan dampak serius bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
“Ini butuh pembenahan serius karena oli tersebut berada di bibir Teluk Tomori, tepat di bawah pemukiman warga,” ujar Sigit, perwakilan dari DLH Morut. Ia juga menegaskan bahwa pencemaran ini diduga terjadi secara sengaja.
“Saya menganalisa bahwa pencemaran ini kemungkinan besar disengaja. Jika ini hanya kelalaian, tidak mungkin berulang kali terjadi,” tambahnya.
Laporan terkait pencemaran ini telah disampaikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup serta Balai Gakum (Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Namun, hingga saat ini, belum ada tindakan tegas yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Kepala Desa Tokonanaka, Asrar Sondeng, mengungkapkan kekecewaannya terhadap hasil peninjauan yang dilakukan oleh tim DLH Morut.
“Tim yang turun mengambil sampel juga tidak ada hasilnya,” tegas Asrar.
Pemerintah Desa Tokonanaka bersama nelayan setempat telah melakukan berbagai upaya agar permasalahan ini mendapat perhatian serius. Surat demi surat telah dikirimkan kepada DPRD Morut, khususnya kepada Komisi II yang membidangi masalah lingkungan dan perikanan. Namun, respons yang diberikan sangat minim, bahkan terkesan diabaikan.
Dalam catatan media ini, belum pernah ada satu pun legislator yang turun langsung ke Desa Tokonanaka untuk melihat kondisi warga dan nelayan yang terdampak. Padahal, sejak tahun 2022, keluhan sudah disampaikan berulang kali.
Bahkan dari informasi yang dihimpun media ini, sejumlah anggota DPRD Morut tengah perjalanan dinas berkunjung ke DPRD Kendari, ditengah jeritan nelayan Tokonanaka.
Sekwan DPRD Morut, Heltan Ransa yang berulang kali dikonfirmasi via telpon WhatsApp tidak menjawab telpon redaksi.
Akibat pencemaran yang terjadi, nelayan di Tokonanaka mengalami penurunan hasil tangkapan ikan secara drastis. Tumpahan oli yang mencemari perairan mengakibatkan banyak ikan mati atau berpindah ke perairan lain. Selain itu, lalu lintas kapal tambang yang padat menyebabkan wilayah tangkapan nelayan semakin terbatas.
“Sekarang, kami harus melaut lebih jauh untuk mendapatkan ikan. Padahal, sebelumnya hasil tangkapan di sekitar Teluk Tomori sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar salah satu nelayan setempat.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada ekonomi nelayan tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Jika situasi ini terus dibiarkan, maka sumber penghidupan masyarakat pesisir Tokonanaka akan semakin terancam.
Masyarakat Tokonanaka berharap agar pemerintah, baik di tingkat daerah maupun pusat, segera mengambil tindakan konkret untuk mengatasi pencemaran di Teluk Tomori. Mereka juga mendesak agar DPRD Morut, khususnya Komisi II, turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi warga dan mencari solusi atas permasalahan ini.
“Kami hanya ingin keadilan dan kepastian bahwa lingkungan kami tidak terus-menerus dicemari. Kami ingin tetap bisa melaut dan mencari nafkah tanpa harus khawatir dengan dampak limbah tambang,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Kasus pencemaran ini harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak. Jika tidak ada tindakan nyata dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin kondisi lingkungan di Teluk Tomori akan semakin memburuk, dan nelayan Tokonanaka akan semakin kehilangan mata pencahariannya.