oleh

Aksi Kemanusiaan MAPALA Se-Indonesia Tanggap Bencana Banjir dan Longsor di Aceh Tengah

ACEH TENGAH — Bencana banjir dan longsor yang melanda Desa Pantan Nangka, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, mendapat respon cepat dari MAPALA Se-Indonesia melalui Pusat Koordinasi Nasional (PKN) dan Pusat Koordinasi Daerah (PKD). Hingga Selasa, 23 Desember 2025, Tim Aksi Kemanusiaan MAPALA Se-Indonesia masih berada di lokasi untuk melakukan berbagai upaya penanganan darurat dan pemulihan awal bagi masyarakat terdampak.

Beragam aksi kemanusiaan telah dilakukan, mulai dari penyaluran bantuan sembako dan bahan bakar minyak (BBM), layanan konsultasi medis bekerja sama dengan Puskesmas Pembantu (PUSTU) Desa Pantan Nangka, kegiatan trauma healing bagi anak-anak sekolah yang sedang menjalani masa libur, hingga pendampingan pemulihan awal bagi warga terdampak. Tim relawan juga turut membantu proses pemakaman korban di desa setempat.
Berdasarkan laporan terkini di Desa Pantan Nangka, bencana banjir dan longsor ini berdampak signifikan terhadap puluhan warga dari berbagai kelompok usia. Tercatat sebanyak 15 orang lansia, 58 orang dewasa, 25 remaja, dan 15 balita terdampak langsung. Secara keseluruhan, sebanyak 54 kepala keluarga (KK) kini berada dalam kondisi darurat dengan keterbatasan akses dan sarana hidup dasar.

Kerusakan fisik akibat bencana juga cukup parah. Sebanyak 9 unit rumah warga dilaporkan rusak total, 28 unit rusak berat, dan 17 unit rusak ringan. Akses jalan utama menuju desa mengalami kerusakan serius dan saat ini hanya dapat dilalui kendaraan roda dua, sehingga menghambat mobilisasi bantuan dan aktivitas warga.
Tidak hanya permukiman, sejumlah fasilitas umum turut terdampak. SD Negeri 11 Linge dilaporkan rusak total dengan 9 ruang kelas belajar, sementara TK Negeri Pantan Nangka Linge mengalami kerusakan berat. Selain itu, 6 unit rumah guru rusak total, 46 rumah warga terdampak dengan kategori rusak berat hingga ringan, serta dua jembatan penghubung desa mengalami kerusakan, termasuk jembatan gantung yang rusak berat.

Akses jalan desa terputus sepanjang kurang lebih 300 meter, aliran listrik masih padam, dan jaringan air bersih mengalami kerusakan. Sektor pertanian warga juga terdampak, dengan sekitar 25 hektare sawah tertimbun material longsor, yang berpotensi mengganggu ketahanan pangan masyarakat dalam jangka panjang.

Menanggapi kondisi tersebut, Koordinator Pusat Koordinasi Nasional (PKN) MAPALA Se-Indonesia, Muhammad Yusril Sudarmin (Mapala UMI Makassar), menyampaikan bahwa kehadiran MAPALA Se-Indonesia bukan sekadar sebagai relawan tanggap darurat, tetapi juga wujud solidaritas dan komitmen gerakan mahasiswa pecinta alam dalam isu kemanusiaan dan kebencanaan.

“MAPALA Se-Indonesia hadir untuk membersamai masyarakat, membantu pemulihan awal, serta memastikan kebutuhan dasar warga terdampak dapat terpenuhi. Kami juga mendorong adanya perhatian serius dari berbagai pihak terhadap upaya relokasi warga di kawasan rawan bencana serta percepatan perbaikan akses jalan utama menuju Desa Pantan Nangka,” ujarnya.

Adapun kebutuhan mendesak masyarakat saat ini meliputi bantuan sembako lanjutan, ketersediaan BBM untuk operasional warga dan relawan, relokasi rumah bagi warga yang berada di wilayah rawan bencana, serta perbaikan jalan umum sebagai akses utama menuju desa.

MAPALA Se-Indonesia berharap sinergi antara relawan, pemerintah daerah, aparat, dan masyarakat dapat terus terjalin dengan baik demi percepatan pemulihan pascabencana. Dukungan dari berbagai elemen masyarakat juga sangat dibutuhkan agar proses rehabilitasi dan rekonstruksi dapat berjalan secara berkelanjutan.

Dengan semangat Salam Lestari, MAPALA Se-Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus hadir dalam setiap aksi kemanusiaan, menjaga nilai solidaritas, serta memperjuangkan keselamatan dan keberlanjutan hidup masyarakat di wilayah rawan bencana.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *