MORUT- Di usianya yang ke-58 tahun, H. Ambo Mai bukan hanya dikenal sebagai politisi senior Partai Nasdem, tetapi juga sosok yang menunjukkan keteladanan bagi generasi muda di Morowali Utara. Usianya 58 tahun, Ia merupakan legislator paling senior di DPRD Morowali Utara periode 2024–2029 dan kini menjabat sebagai Wakil Ketua II DPRD Morut. Kehadirannya menjadi istimewa karena untuk pertama kalinya Desa Uebangka Todopuli, desa pedalaman di Kecamatan Soyojaya, memiliki wakil yang duduk di kursi parlemen daerah.
Ketekunan H. Ambo Mai terlihat dari konsistensinya menghadiri rapat-rapat penting, mulai dari rapat dengar pendapat (RDP) hingga rapat paripurna DPRD Morut. Jarang absen, ia menunjukkan bahwa seorang wakil rakyat sejati bukan hanya hadir secara fisik, tetapi juga memberikan perhatian penuh pada persoalan-persoalan masyarakat. Sikap disiplin inilah yang menjadi pembelajaran penting bagi generasi muda dan para politisi baru: keseriusan dalam menjalankan amanah harus diutamakan di atas kepentingan pribadi.
Meski memegang peran strategis sebagai Ketua DPD Partai Nasdem Morut, H. Ambo Mai tetap tampil sederhana dan tenang. Dalam setiap dinamika politik daerah, ia mampu menjaga komunikasi yang harmonis dengan pimpinan DPRD lainnya, termasuk Ketua DPRD Morut, Warda Dg Mamala. Kemampuan membangun dialog lintas pandangan ini memperlihatkan sisi kepemimpinan yang matang, bahwa politik bukan arena pertentangan semata, tetapi juga ruang kolaborasi untuk kesejahteraan rakyat.
Partai Nasdem sendiri memiliki tiga wakil di DPRD Morut: H. Ambo Mai, Wahyu Hidayat Sudirman, dan srikandi Nasdem Morut Gina Silvia Togalami. Dalam trio ini, H. Ambo Mai menjadi figur pengayom dan teladan, memberi warna pada perjuangan Nasdem di parlemen. Ia bukan hanya simbol representasi masyarakat pedalaman, tetapi juga sumber inspirasi bagi politisi muda tentang bagaimana mengelola kepercayaan publik dengan penuh tanggung jawab.
Dari sosok H. Ambo Mai, kita belajar bahwa politik yang sehat berangkat dari kesetiaan pada amanah, kedisiplinan, dan kemampuan menjaga komunikasi. Ketiga hal ini mungkin terdengar sederhana, tetapi dalam praktiknya membutuhkan integritas yang kuat. Ia menunjukkan bahwa menjadi wakil rakyat bukan sekadar soal jabatan, tetapi soal pelayanan, mewakili suara yang selama ini jauh dari pusat perhatian, hingga akhirnya benar-benar hadir di meja pengambilan keputusan.
Komentar