oleh

Dero, Tarian Tradisional yang Terus Bervariasi dan Tetap Hidup Ditengah Kemajuan Zaman

MORUT- Dero merupakan salah satu tarian tradisional yang tetap hidup dan lestari dari masa ke masa. Meski telah mengalami berbagai variasi di sejumlah daerah, tarian ini tidak kehilangan makna sesungguhnya sebagai simbol keharmonisan dan ungkapan rasa syukur masyarakat.

Seiring perkembangan zaman, Modero, istilah untuk kegiatan Dero masa kini, ikut beradaptasi dengan era digital. Para penyanyi dan pemusik Dero terus mengasah kreativitas digital dengan menyajikan kegiatan Modero yang dikemas menarik di berbagai platform media sosial, sehingga tarian ini semakin dikenal luas oleh generasi muda.

Secara tradisi, tarian Dero dilakukan dalam bentuk lingkaran dengan saling bergandengan tangan. Gerak kaki diayunkan berirama: dua langkah ke kanan dan satu langkah ke kiri secara berulang. Tangan para penari saling menggenggam dengan posisi siku membentuk sudut 90 derajat, diayunkan perlahan 5–8 cm sejajar pinggang. Meskipun berakar dari modifikasi tarian Moende, orang-orang tua dahulu memaknai Dero sebagai tarian kebersamaan dalam komunitas yang saling menyapa melalui syair-syair berbalas.

Perjalanan waktu membawa perubahan pada Dero. Pada pertengahan era 1990-an, alat musik tradisional seperti gendang dan gong mulai digantikan oleh organ tunggal. Syair yang sebelumnya dinyanyikan secara berbalas di dalam lingkaran, kini dibawakan oleh satu penyanyi tunggal diiringi organ. Bukan hanya irama dan alat pengiringnya yang berubah, gerakan Modero pun ikut berkembang.

Sejak tahun 2015, variasi gerak Dero semakin beragam. Tangan tidak lagi hanya diayunkan secukupnya, tetapi bisa melewati pinggang hingga bertepuk tangan. Badan penari juga tidak sekadar mengikuti ayunan kaki, melainkan dapat berputar. Pola langkah pun berubah, dari dua kanan satu kiri menjadi lebih bebas, termasuk gerakan melompat.

Belakangan, masyarakat berupaya mengembangkan kembali makna Dero agar tidak hilang di tengah modifikasi. Jika dulu Dero lebih menekankan kebersamaan dalam lingkaran komunitas, kini beberapa modifikasi tarian dero terus bermunculan dan tidak hanya kaki dan kanan yang di gerakan, bahkan dalam dero variasi kepala dan bahu pun bergerak.

Meski terus bertransformasi, Dero yang lahir dari tradisi masyarakat Pamona ini tetap menjadi warisan budaya yang mempertemukan nilai tradisi dan kreativitas modern. Tarian ini membuktikan bahwa kearifan lokal dapat hidup berdampingan dengan kemajuan zaman tanpa kehilangan roh kebersamaan yang menjadi jiwanya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *