oleh

dr. Tri Utami Wahyuningsih : Dokter Muda Penuh Dedikasi, Pemilik Apotik JML Medika di Morowali Utara

Morowali Utara — Di usianya yang masih muda, dr. Tri Utami Wahyuningsih, atau yang akrab disapa dr. Ami, menjadi sosok inspiratif di dunia kesehatan Morowali Utara. Lahir pada 6 Juni 1998, dokter berusia 27 tahun ini adalah anak ketiga dari lima bersaudara, putri dari pasangan Drs. H. Jasman Lamole, M.AP dan Hj. Irawati Abd. Halid, SH.

Lahir dari keluarga berpendidikan tinggi, dr. Ami tumbuh dalam lingkungan yang menghargai ilmu dan pengabdian. Di keluarganya bahkan terdapat tiga dokter, menjadikannya teladan bagi banyak anak muda di daerahnya.

Foto: Lokasi Praktik Apotik JML Medika (IST)

Kini, dr. Ami adalah dokter umum sekaligus pemilik Apotik JML Medika yang berlokasi di Desa Sampalowo, Kecamatan Petasia Barat, Kabupaten Morowali Utara.
Ia juga melayani pasien di Puskesmas Anutoluwu, serta praktik di Apotik Hibatullah Farma dan apotik miliknya sendiri, JML Medika.

Jadwal Praktik di Apotik JML Medika:
Senin–Sabtu, pukul 16.00–21.00 WITA
Hari Minggu & Libur Nasional (dengan perjanjian)

Perjalanan Pendidikan dan Karier

Sejak kecil, cita-cita dr. Ami sudah tertuju pada dunia medis. Ia menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran pada tahun 2019, dan melanjutkan Profesi Dokter hingga 2022.

Pada Mei hingga November 2023, ia menjalani masa dokter internship di Puskesmas Biromaru dan kemudian di RSUD Torabelo Sigi. Masa internship ini menjadi fase penting dalam perjalanan kariernya.

Salah satu pembimbingnya, dr. Diah, yang kini menjabat Direktur RSUD Torabelo Sigi, mengatakan sosok dr. Ami sebagai pribadi yang cerdas, berdedikasi, dan berjiwa empati tinggi.

“Beliau adalah salah satu dokter dengan dedikasi tinggi. Selain cantik, dia juga pintar dan sangat sopan terhadap senior. Peduli terhadap teman dan pasien. Bahkan saat ada teman seperjuangannya yang gugur saat bertugas, dr. Ami yang mengurus,” ujar dr. Diah dalam wawancara, Minggu (5/10).

Foto: Keluarga besar dokter Ami (IST)

Pelayanan Sepenuh Hati dan Sentuhan Empati

Bagi dr. Ami, menjadi dokter bukan sekadar profesi, tapi panggilan hati. Ia percaya bahwa kesembuhan tidak hanya datang dari obat, tetapi juga dari senyum tulus dan perhatian.
Salah satu pasien lansia bahkan berkomentar,

“Lihat senyum dan baiknya dokter saja, belum dikasih obat sudah terasa sembuh.”

Menanggapi itu, dr. Ami tersenyum haru.

“Saya percaya, senyum dan sikap hangat bisa jadi bagian dari proses penyembuhan. Kadang, pasien tidak hanya butuh obat, tapi juga butuh rasa aman dan didengar. Kalau senyum saya bisa memberi efek positif, saya bersyukur. Artinya saya tidak hanya mengobati secara medis, tapi juga menyentuh sisi emosional pasien,” ujarnya.

Cinta Alam dan Ketenangan di Puncak

Di balik kesibukannya sebagai dokter, dr. Ami juga mencintai alam. Salah satu hobinya adalah naik gunung.

“Hobi ini sesekali saya lakukan untuk menyegarkan pikiran dan menemukan ketenangan,” tuturnya.

Bagi dr. Ami, pendakian bukan hanya soal menaklukkan ketinggian, tapi juga refleksi diri dan rasa syukur atas kehidupan.

Dedikasi Muda untuk Kemanusiaan

Menjadi dokter di usia muda tentu bukan hal mudah. Jadwal padat, tanggung jawab besar, dan tuntutan profesi dijalani dr. Ami dengan hati tulus.

“Saya memilih menjadi dokter bukan karena keluarga saya banyak yang dokter, tapi karena saya ingin memberi manfaat langsung bagi masyarakat,” ungkapnya.

Dengan semangat muda, kecerdasan, dan empati tinggi, dr. Tri Utami Wahyuningsih telah menjadi sosok inspiratif bagi generasi muda Morowali Utara, membuktikan bahwa pengabdian dan kasih sayang bisa menjadi obat paling mujarab untuk kesembuhan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *